A.
Bahaya subyektif, disebabkan
oleh orang yang mendaki gunung sendiri.
Bahaya-bahaya yang subyektif seperti
:
1.
keadaan atau
lemah badan dari orang yang akan mendaki
2. pengetahuan dan pengalaman yang
kurang merupakan unsur-unsur yang lebih rumit.
Bahaya
subyektif dapat dihindari jika menejemen perjalanan kita persiapkan dengan
baik, mulai dari kesiapan mental, latifan fisik, kebutuhan energi, pemahaman
materi lapangan, kelengkapan dan pemahaman peralatan.
B.
Bahaya obyektif, disebabkan
oleh gunung atau lapangan/alam itu sendiri.
Dalam praktek tidak mungkin mengadakan perbedaan eksas
(pasti), karena banyak terjadi bahaya yang obyektif dibandingkan dengan bahaya
subyektif, apabila orang melakukan kesalahan dan tidak ingat akan bahaya
tersebut.
Barangsiapa sebelumnya mengetahui
bahaya-bahaya yang obyektif seperti :
- Kejatuhan batu
Hembusan
angin yang kuat, hujan angin, menyebabkan batu-batu tersebut berjatuhan. Juga
orang dan binatang, dapat menyebabkan batu-batu berjatuhan.
Pada masa sekarang ini dimana banyak perjalanan dilakukan di pegunungan, batu-batu yang berjatuhan, disebabkan oleh pendaki gunung yang kurang hati-hati, merupakan salah satu bahaya yang terpenting di pegunungan.
Pada batu karang yang banyak mengandung batu-batu lepas, merupakan bahaya yang lebih besar dari pada batu karang yang mengandung batu-batu tetap. Puing-puing yang banyak pada batu karang dan parit-parit yang sempit serta dalam, merupakan saksi dari batu-batu yang jatuh. Karena batu-batu yang jatuh itu disebabkan oleh belahan, parit-parit yang sempit dan dalam di tempat-tempat dan dalam di tempat-tempat tertentu, maka di tempat tersebut terjadilah bahaya yang lebih besar.
Pada masa sekarang ini dimana banyak perjalanan dilakukan di pegunungan, batu-batu yang berjatuhan, disebabkan oleh pendaki gunung yang kurang hati-hati, merupakan salah satu bahaya yang terpenting di pegunungan.
Pada batu karang yang banyak mengandung batu-batu lepas, merupakan bahaya yang lebih besar dari pada batu karang yang mengandung batu-batu tetap. Puing-puing yang banyak pada batu karang dan parit-parit yang sempit serta dalam, merupakan saksi dari batu-batu yang jatuh. Karena batu-batu yang jatuh itu disebabkan oleh belahan, parit-parit yang sempit dan dalam di tempat-tempat dan dalam di tempat-tempat tertentu, maka di tempat tersebut terjadilah bahaya yang lebih besar.
- Petir
Tempat-tempat
khusus yang berbahaya bagi petir adalah :
a. Tempat-tempat yang menonjol sperti :
puncak, salib pada gunung, batu karang yang menonjol, pohon-pohonan,
sungai-sungai. Batu karang pada umumnya lebih berbahaya daripada salju. Pada
cuaca buruk, segera tinggalkan tempat-tempat tersebut.
b. Segi tiga pada batu karang.
Perlindungan
yang terbaik dari sambaran petir ialah : mengurungkan untuk berjalan atau lebih
awal pulang. Cuaca buruk jarang datang pada siang hari atau pada pagi hari.
Pada waktu ada petir segera jongkok, duduk di atas tanah atau duduk diatas
ransel atau tali yang sedang digulungkan dan menunggu sampai petir hilang. Jangan
sekali-kali bersembunyi dalam gua, imbang/bersender pada dinding. Tempat-tempat
itu sangat berbahaya, karena tanah yang meledak dan emosi. Kran air, kawat baja
dan kawat berduri jangan sampai di sambar petir. Meskipun itu tidak secara
langsung menarik logam, tetapi mengalirkan listrik (penghantar yang baik).
- Kabut
Kabut
menimbulkan persoalan pada waktu kita mencari keterangan tentang tempat yang
akan kita datangi. Kita harus membawa peta, kompas, meteran untuk mengukur
tekanan udara. Pada waktu ada kabut tebal, kita harus percaya pada alat-alat
kita itu.
- udara yang mendadak menjadi buruk
Keadaan
udara yang mendadak menjadi buruk di pegunungan, harus mendapat perhatian yang
serius. Pada perjalanan yang berat, kita mengambil resiko (kesempatan yang
berbahaya) tentang udara yang mendadak menjadi buruk. Untuk perjalanan semacam
itu, sebaiknya, menunggu cuaca yang baik.
Menunggu yang sabar, pada waktu pulang, keberanian, kewaspadaan dan perasaan bertanggung jawab, merupakan syarat bagi pendaki gunung.
Tanpa pertimbangan, begitu saja melakukan perjalanan, tidak lain hanya merupakan kebodohan saja. Barang siapa tidak mengenal bahaya, akan mejadi berani.
Menunggu yang sabar, pada waktu pulang, keberanian, kewaspadaan dan perasaan bertanggung jawab, merupakan syarat bagi pendaki gunung.
Tanpa pertimbangan, begitu saja melakukan perjalanan, tidak lain hanya merupakan kebodohan saja. Barang siapa tidak mengenal bahaya, akan mejadi berani.
Maka dia akan dapat menghindari
(tidak tentu) bahaya-bahaya tersebut.
Barangsiapa pada waktu akan terjadi bahaya, dengan cepat dan dengan cara yang benar menghindarkan diri dari bahaya-bahaya tersebut, ada harapan untuk hidup lama di pegunungan.
Barangsiapa pada waktu akan terjadi bahaya, dengan cepat dan dengan cara yang benar menghindarkan diri dari bahaya-bahaya tersebut, ada harapan untuk hidup lama di pegunungan.
Dorongan hati untuk pegang peranan
dan penyakit ingin dihormati oleh sesama orang, untuk menggantikan prestasi
orang lain, membuat orang menjadi buta dan akan memiliki nasib yang tidak baik
dipegunungan. Orang yang menderita tekanan jiwa, tidak boleh mendaki gunung.
Perjalanan ke gunung yang sunyi dapat menimbulkan keajaiban.
0 Komentar:
Posting Komentar